Rabu, 11 Januari 2012

PENERAPAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING MODEL GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS III SLTPN 8 JEMBER TENTANG VOLUME TABUNG


Hobri dan Susanto*

Abstrak: Penelitian tindakan ini bertujuan untuk menggambarkan prestasi, kegiatan dan respon dari siswa kelas 3 SMP 8 Jember terhadap ‘Tabung Volume’ dengan mengguna kan kelompok model investigasi dari Cooperative Learning. Data diperoleh dari 4 siswa denga menggunakan   kwesioner,   tes,   ceklis   dan   catatan   lapangan   dan   dianalisis menggunakan Miles-Huberman yang terdiri dari reduksi, presentasi dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) model investigasi kelompok   CL dapat meningkatkan pemahaman siswa; 2) ada 7 langkah model investigasi kelompok CL; 3) kerjasama dan respons siswa terhadap investigasi kelompok positif.

Abstract: This action  research aims at describing the achievement, activity and response
of  the  3rd    year  students  of  SMP  8  Jember  toward  Tabung  Volume’  using  group investigation  model  of  Cooperative  Learning.  The  data  were  obtained  from  4  students
using questionnaire, test, checklist and field notes and were analyzed employing Miles- Huberman analysis comprising data reduction, presentation and verification. The results
show that 1) group investigation model of CL can increase students’ understanding; 2)
there  are  7  steps  of  group  investigation  model  of  CL;  3)  students’  cooperation  and response to Group Investigation are positive.

Keywords: cooperative learning, group investigation, and mathematics understanding

Pembelajaran geometri pada saat ini lebih cenderung berorientasi pada guru dan mengonstruk  geometri,  sehingga  kurang  menumbuhkembangkan  kemampuan  berpikir anak (Sunardi, 2001: 1). Begitu pula materi volume tabung seringkali diajarkan dengan menggunakan pembelajaran yang konvensional, yaitu guru menerangkan rumus volume tabung dan kemudian siswa diharapkan menghafal rumus tersebut untuk dapat mengerja kan kuis yang diberikan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal dengan guru SLTP Negeri 8
Jember, diperoleh bahwa tingkat pemahaman siswa tentang volume tabung masih rendah. Hal itu dapat dilihat pula pada hasil tes yang masih dibawah standar, kemudian ternyata pembelajaran  yang  dilaksanakan  masih  didominasi  pleh  pembelajaran  yang  beracuan pada   pandangan   behavioristik sehingga   pembelajaran   yang   dilaksanakan   masih konvensional. Guru-guru matematika di SLTPN 8 Jember menyatakan bahwa jika dilaku kan pembelajaran yang terpusat pada siswa, target kurikulum tidak dapat berjalan sesuai yang  diharapkan.  Salah  satu  alasannya  adalah  karena  memerlukan  waktu  yang  relatif lama, padahal kurikulum harus diselesaikan.
Selain  itu,  pemilihan  materi  volume  tabung  merupakan  salah  satu  sub  pokok bahasan  dalam  matematika  yang  relatif  mudah  dan  dapat  dijelaskan  dengan  benda konkret  yaitu  tabung  buatan  yang  diisi  dengan  air  atau  kacang  ijo,  sehingga  dapat memberikan  pengalaman  baru  pada  siswa  untuk  mengonstruksi  sendiri  konsepnya  dan mungkin juga  menyenangkan.  Tentu  bukan  hal  yang  mudah  untuk  merealisasikan  agar siswa   menemuka da mengonstruksi   sendiri   pengukura volum tabung   melalui pengalamannya,  yang  kemudian  menyimpulkannya  dalam  rumus  umum.  Namun  jika tidak dilakukan sama sekali, tidak akan ada perubahan dalam praktek pembelajaran yang bertujuan  untuk  meningkatkan  perkembangan  kognitif  dan  kreativitas  siswa.  Dengan demikian  diperlukan  suatu  usaha  untuk  mencari,  menetapkan  dan  mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi siswa.
Salah  satu  metode  dalam  paradigma  kontsruktivis  adalah  belajar  kooperatif. Belajar kooperatif adalah kegiatan yang berlangsung dalam lingkungan belajar berbentuk kelompok kecil, sehingga siswa dapat saling berbagi ide dan bekerja secara kolaboratif untuk menyelesaikan tugas akademik (Davidson & Kroll, 1991:262). Belajar kooperatif sesuai  dengan  paradigma  bahwa  disamping  sebagai  makhluk  individual,  manusia  juga adalah  makhluk  sosial  yaitu  makhluk  yang  tidak  bisa  berdiri  sendiri,  namun  selalu membutuhkan  kerja  sama  dengan  orang  lain.  Jelasnya  belajar  kooperatif  tidak  hanya bertujua memahamkan   siswa   terhada materi   yang   akan   dipelajar namun   lebih menekankan pada melatih siswa untuk mempunyai kemampuan sosial, yaitu kemampuan untuk saling bekerjasama, saling memahami, saling berbagi informasi, saling membantu antar teman kelompok, dan bertanggung jawab terhadap sesama teman kelompok untuk mencapai  tujuan  umum  kelompok.  Di  dalam  belajar  kooperatif  tidak  hanya  dituntut keberhasilan individu namun juga keberhasilan kelompok. Dari pemikiran itulah dalam belajar kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang bersifat heterogen dari segi gender,  etnis, dan kemampuan  akademik  untuk  saling  membantu  satu  sama  lain  dalam mencapai tujuan bersama (Slavin, 1995:2).
Sampai  saat  ini  banyak  metode  belajar  kooperatif   yang  dapat  digunakan. Beberapa  metode  belajar  kooperatif  yang  diteliti  secara  ekstensif  adalah  Student  Team Learning (STL), Student Team-Achivement Division (STAD), Team-Games-Tournament
(TGT), Team Accelerated Intruction (TAI), Jigsaw, Cooperative Integrated Reading dan
Composition  (CIRC),  Group  Investigation  (GI) Learning  Together  (LT) Complex Instruction  (CI),  dan  Structured  Dyadic  Method  (SDM).  Khusus  untuk  Model  Group Investigation, menurut Ibrahim (2000:23), mungkin merupakan model belajar kooperatif yang paling kompleks dan jarang diterapkan, termasuk dalam pembelajaran matematika.
Investigasi Kelompok dikembangkan oleh  Sholomo  dan Sharon  di  Universitas Tel Aviv (Slavin, 1995:11). Investigasi Kelompok adalah strategi belajar kooperatif yang menempatkan  siswa  ke  dalam  kelompok  secara  heterogen  dilihat  dari  kemampuan  dan latar   belakang baik   dari   segi   jenis   kelamin,   suku dan   agama,   untuk   melakukan investigasi  terhadap  suatu  topik  (Eggen  &  Kauchak,  1998:305).  Sedangkan  menurut Sharan  dan  Sharan  (1992)  (dalam  Slavin,  1995:11)  Investigasi  Kelompok  merupakan suatu  perencanaan  pengorganisasian  kelas  secara  umum  dimana  siswa  bekerja  dalam kelompok  kecil  menggunakan  inkuiri  kooperatif,  diskusi  kelompok,  dan  perencanaan kooperatif dan proyek. Dalam metode ini, guru membentuk kelompok siswa yang terdiri dari dua sampai enam anak. Langkah selanjutnya adalah membagi tugas-tugas menjadi tugas individu yang berbeda, dan melakukan kegiatan yang diperlukan untuk mempersiapkan    laporan    kelompok.    Masing-masing    kelompok    kemudian    mempresentasikan penemuannya di depan kelas. Walaupun agak sulit dilakukan, cooperative learning model group investigation ini perlu diterapkan.


Metode

Jenis    penelitian    ini    adalah    penelitian    tindakan.    Pelaksanaan    penelitian
(mengajar)  dilakukan  oleh  guru  bidang  studi,  sedangkan  2  anggota  penelitian  lainnya bertindak sebagai pengamat (observer). Lokasi penelitian di SLTPN 8 Jember. Data yang diraih adalah: (1) hasil kerja yang meliputi kelompok dan individual, (2) pemahaman dan respon siswa yang diperoleh dengan wawancara dan angket, (3) aktivitas siswa, diperoleh dengan ceklist pengamatan, dan (4) catatan lapangan.
Subjek  penelitian  ditentukan  4  orang  yang  mewakili  siswa  dari  kelompok pandai,  sedang  dan  kelompok  rendahAnalisis  data  dilakukan  dengan  menggunakan model  Miles-Huberman,  yaitu  reduksi  data,  penyajian  data,  dan  penarikan  kesimpulan verifikasi   data.   Adapun   tahap-taha penelitianny adalah (1 perencanaan,   (2) pelaksanaan, (3) observasi dan (4) refleksi. Dalam penelitian ini, dilaksanakan 2 siklus. Analisis  data  mengacu  pada  ketercapaian  indikator  aktivitas  guru  dan  siswa,  respons siswa terhadap pembelajaan serta hasil belajar siswa.

Hasil dan Pembahasan
Tindakan I
Kegiatan yang dilakukan pada tindakan I meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Masing-masing kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut.
Perencanaan
Pada kegiatan ini, yang dilakukan peneliti adalah: (1) Menyiapkan rencana pembelajaran, lembar observasi, pedoman wawancara, catatan lapangan, dan angket siswa. (2) Menyiap kan daftar nama anggota kelompok. (3) Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS).

Pelaksanaan Tindakan I
Pembelajaran pada tindakan I adalah pelaksanaan model Investigasi Kelompok untuk  menemukan  volume  tabung.  Materi  disajikan  oleh  anggota  peneliti  2  (guru matematika),   sedangka peneliti    da peneliti    bertinda sebagai   pengamat. Pembelajaran    dimulai    dengan    menempatkan    siswa    pada    posisi    masing-masing berdasarkan kelompoknya.
Pembelajaran  dibagi  dalam  tiga  tahap,  yaitu  tahap  awal,  tahap  inti,  dan  tahap akhir. Pada tahap awal, peneliti  menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa tentang pentingnya materi, membangkitkan pengetahuan awal siswa, menjelaskan tugas
siswa  dan  tugas  kelompok,  dan  menjelaskan  tanggung  jawab  kelompok.  Tahap  awal
diakhiri dengan pembagian lembar kerja siswa kepada masing-masing kelompok. Tahap awal membutuhkan waktu sekitar 10 menit sesuai yang direncanakan.
Tahap  inti  terdiri  dari  dua  kegiatan,  yaitu  investigasi  dan  diskusi.  Sebelum melaksanakan  investigasi,  tiap-tiap  kelompok  diminta  untuk  memahami  lembar  kerja
siswa (LKS). Pada kegiatan investigasi, tiap-tiap kelompok bekerja dengan bantuan LKS.
Tiap-tiap  kelompok  berusaha  menemukan  volume  tabung  secara  induktif  dengan  cara mengisi  LKS.  Pada  saat  investigasi,  semua  kelompok  berusaha  menemukan  volume tabung. Semua anggota kelompok secara aktif mengisi LKS yang akan menuntun untuk menemukan rumus volume tabung.
Peran  peneliti  saat  investigasi  adalah  sebagai  fasilitator  dan  mediator.  Peneliti mengelilingi  setiap  kelompok  melihat  kemajuan  hasil  investigasi  mereka.  Jika  ada
kelompok  yang  mengalami  kesulitan,  peneliti  memberikan  bimbingan  dengan  cara
mengajukan  pertanyaan  yang  dapat  membantu  arah  kerja  kelompok.  Peneliti  berusaha mengaktifkan kerja sama dalam kelompok. Peneliti mengajukan perintah “Jangan bekerja sendiri-sendiri, cobalah untuk bekerja sama atau “Agar pekerjaan cepat selesai, kalian harus bekerja sama”. Pelaksanaan investigasi berlangsung selama 35 menit sesuai waktu yang direncanakan.
Pada  kegiatan  diskusi,  setiap  kelompok  secara  bergiliran  melaporkan  hasil investigasi. Diskusi dimulai dari kelompok I dan berurutan sampai dengan kelompok V. Pada  saat  diskusi,  wakil  suatu  kelompok  membacakan  penemuan  kelompoknya  sesuai
dengan LKS yang telah mereka isi, sedangkan kelompok yang lain menanggapi laporan
kelompok  pelapor.  Pelaksanaan  diskusi  berlangsung  dengan  baik  dan  “hangat”.  Pada pelaksanaan diskusi, terjadi diskusi antar kelompok dalam memberikan pertanyaan dan tanggapan terhadap laporan kelompok yang lain. Pelaksanaan diskusi berlangsung selama
55 menit. Waktu ini lebih 20 menit dari yang direncanakan. Hal ini disebabkan karena kesimpulan yang dibuat dalam LKS yang dilaporkan agak panjang.
Penyajian laporan yang paling bagus dan sempat mendapat aplaus dari pengamat dan  siswa  yang  lain  dilakukan  oleh  R  (wakil  dari  kelompok  I).  Peneliti  dan  pengamat
juga merasa kagum dengan cara R menjelaskan penemuan kelompoknya. R menerangkan
seolah-olah dia seorang guru. Berdasarkan konfirmasi dengan guru matematika, ternyata
R adalah siswa terpandai di kelas IIIA.
Pada  tahap  akhir  pembelajaran,  peneliti  memuji  pelaksanaan  investigasi  dan pelaksanaan   diskusi.   Selain   itu peneliti   jug mendorong   siswa   untuk   membuat kesimpulan  dari  hasil  investigasi  dan  diskusi  dengan  melakukan  tanya  jawab.  Sebagai
akhir  pembelajaran  peneliti  mengingatkan  kembali  bahwa  untuk  pertemuan  berikutnya,
pembelajaran akan berlangsung dengan cara yang sama.

Hasil Observasi
Pada  pengamatan  nampak  bahwa  kegiatan  pembelajaran  berlangsung  sangat menyenangkan bagi siswa. Siswa sangat senang bekerja dalam kelompok. Mereka sangat aktif bekerja dalam kelompok masing-masing dan aktif dalam melakukan diskusi. Hasil observasi  2  pengamat  terhadap  pelaksanaan  pembelajaran  juga  menunjukkan  bahwa pembelajaran berlangsung dengan baik. Hasil observasi sangat memuaskan karena setiap indikator memperoleh skor maksimal, yaitu 5.
Analisis  data  hasil  observasi  dilakukan  dengan  menghitung  prosentase.  Skor yang   diperoleh   tiap-tiap   indikato dijumlahka da hasilny disebu jumlah   skor. Selanjutnya dihitung persentase nilai rata-rata dengan cara membagi jumlah skor dengan sko maksimal   yang   dikalikan   100%,   yaitu:   Persentase   Nilai   Rata-rata   (NR =
Skor yang dicapai
                                        x 100%. Kriteria taraf   keberhasilan tindakan ditentukan sebagai
Jumlah Skor Ideal
berikut.
90% NR 100%  : Sangat Baik
80% NR < 90%    : Baik
70% NR < 80%    : Cukup
60% NR < 70%    : Kurang
0% ≤ NR < 60%     : Sangat Kurang
Hasil observasi 2 pengamat terhadap kegiatan peneliti (guru) dan kegiatan siswa dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2. Skor Kegiatan Peneliti berdasarkankan Hasil Pengamatan
Tahap                                         Indikator                                         Pengamat     Pengamat
1                      2
Awal              Menyampaikan tujuan pembelajaran                            5                      5
Menentukan materi dan pentingnya materi                   5                      5
Membangkitkan pengetahuan awal siswa                     5                      5
Membentuk kelompok                                                       5                      5
Menjelaskan tugas siswa dan kelompok                        5                      5
Menjelaskan tanggung  jawab kelompok                       5                      5
Memotivasi siswa.                                                               5                      5
Menyediakan    sarana    dan    prasarana    yang          5                      5
dibutuhkan                                                                            5                      5
Melakukan aktivitas keseharian.
Inti                 Meminta siswa memahami LKS                                      5                      5
Menyuruh kelompok melakukan investigasi                 5                      5
Membantu siswa bekerja secara kooperatif                  5                      5
Membantu kelompok menyelesaikan tugas                  5                      5
Meminta siswa menyiapkan laporan kelompok           5                      5
Mengatur giliran kelompok                                                5                      5
Mengatur giliran penanggap                                              5                      5
Membantu kelancaran diskusi                                          5                      5
Akhir            Merespon pembelajaran                                                     5                      5
Melakukan evaluasi                                                            5                      5
Melakukan aktivitas keseharian                                      5                      5

Berdasarkan  data  observasi  kedua  pengamat  pada  Tabel  2,  jumlah  skor  yang
diperoleh  adalah  100  dan  skor  ideal  100.  Dengan  demikian,  persentase  nilai  rata-rata adalah  100%.  Berarti  taraf  keberhasilan  kegiatan  peneliti  berdasarkan  observasi  kedua pengamat termasuk dalam kategori sangat baik.
Berdasarkan  data  observasi  kedua  pengamat  pada  Tabel  3,  jumlah  skor  yang
diperoleh adalah 100 dan skor maksimal 100. Dengan demikian, persentase nilai rata-rata adalah  100%.  Berarti  taraf  keberhasilan  kegiatan  siswa  berdasarkan  observasi  kedua pengamat termasuk dalam kategori sangat baik.
Berdasarkan  hasil  analisis  data  observasi  terhadap  kegiatan  guru  dan  siswa, dapat  disimpulkan  bahwa  kegiatan  guru  dalam  mengajar  dan  kegiatan  siswa  dalam belajar sangat baik dan sesuai dengan yang direncanakan.
Tabel 3. Skor Kegiatan Siswa berdasarkankan Hasil Pengamatan
Tahap                                         Indikator                                         Pengamat     Pengamat
1                      2
Awal                  Memperhatikan tujuan                                                   5                      5
Menyimak penjelasan materi                                       5                      5
Keterlibatan dalam pembangkitan pengetahu          5                      5
an awal                                                                              5                      5
Keterlibatan dalam pembentukan kelompok            5                      5
Memahami tugas                                                             5                      5
Melakukan aktivitas keseharian
Inti                     Memahami LKS                                                              5                      5
Keterlibatan dalam melakukan investigasi                5                      5
Keterlibatan menyelesaikan tugas kelompok            5                      5
Aktivitas siswa berkemampuan tinggi                         5                      5
Aktivitas siswa berkemampuan sedang                      5                      5
Aktivitas siswa berkemampuan rendah                      5                      5
Aktivitas siswa dari segi etnis                                         5                      5
Aktivitas siswa dari segi gender                                     5                      5
Memanfaatkan media yang ada                                 5                      5
Menyiapkan laporan                                                      5                      5
Melaporkan hasil investigasi                                         5                      5
Menanggapi laporan                                                       5                      5
Saling menghargai antarindividu                                  5                      5
Bekerja secara kooperatif                                              5                      5
Kefektivan proses dalam kelompok                            5                      5
Akhir                Menanggapi evaluasi                                                     5                      5

Hasil Wawancara
Wawancara  dilakukan  untuk  mengetahui  kerja  sama  siswa  dalam  kelompok, respon    siswa    terhadap    pembelajaran,    dan    pemahaman    siswa    terhadap    materi pembelajaran. Dengan demikian pertanyaan dalam pedoman wawancara terdiri dari tiga bagian,  yaitu  kerja  sama,  respon,  dan  pemahaman.  Wawancara  hanya  dilakukan  pada subjek  penelitian  setelah  pembelajaran  berlangsung.  Untuk  kriteria  kerja  sama,  hasil wawancara  menunjukkan  bahwa  semua  subjek  merasa  senang  bekerja  sama  dalam kelompok. Keempat subjek yaitu A, S, M, dan K menyatakan bahwa belajar kelompok lebih mereka sukai daripada belajar secara individual.
Dalam bekerja sama, siswa tidak membedakan masalah etnis, kemampuan, dan jenis kelamin. Semua subjek beralasan bahwa dalam bekerja sama tidak boleh membeda kan  etnis, kemampuan,  dan jenis  kelamin.  Hal  ini  dilakukan  agar  dapat  memupuk rasa persaudaraan,  keakraban,  saling  menghormati,  dan  pekerjaan  kelompok  dapat  diselesai kan dengan cepat. Semua subjek juga beralasan bahwa mereka tidak mau ada teman yang tersinggung  dalam  kelompok  karena  dibeda-bedakan.  menambahkan  bahwa  dalam kelompoknya  mereka  saling  berbagi  tugas.  Kerja  sama  tidak  hanya  dengan  satu  etnis dengan  alasan  bahwa  jika  hanya  dengan  satu  etnis,  cenderung  akan  digunakan  bahasa daerah.  Jadi,  kerja  sama  dilakukan  dengan  semua  etnis  untuk  dapat  saling  menghargai pendapat.
Keempat  subjek  menyatakan  bahwa  sebaiknya  pembelajaran  volume  tabung tetap  dilakukan  dengan  model  Investigasi  Kelompok.  A  dan  K  menyatakan  bahwa pembelajaran  materi  lain  sebaiknya  juga  dilakukan  dengan  model  Grup  Investigasi. Menurut   A,   denga model   Grup   Investigasi,   belajar   lebih   cepat   daripada   secara individual,  S  dan  M  hanya  menyatakan  bahwa  model  Grup  Investigasi  sebaiknya dipertahankan atau tetap dilakukan.
Ketika  keempat  subjek  diminta  untuk  menjelaskan  hasil  kerja  kelompoknya, mereka dapat menjelaskan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memahami apa yang telah dilakukan. Subjek tidak hanya sekedar menyerahkan pekerjaan kelompok pada teman yang pintar. Mereka memahami hasil pekerjaan kelompok karena dikerjakan secara bersama-sama. Semua anggota kelompok mempunyai andil untuk menyelesaikan tugas kelompok. Subjek A menyatakan bahwa anggota kelompok yang belum mengerti dapat  meminta  bantuan  teman  sekelompok  dan  harus  mempertahankan  hasil  kerja kelompok ketika diminta guru untuk menjelaskan di papan tulis.

Hasil Angket Respons Siswa
Hasil respons siswa terhadap pelaksanaan tindakan I dapat dilihat pada Tabel 4. Adapun  skor  masing-masing  pernyataan  yaitu  untuk  pernyataan  yang  bersifat  positif, STS  diberi  skor  1,  TS  diberi  skor  2,  S  diberi  skor  3,  dan  SS  diberi  skor  4  dan  Untuk
Pernyataan yang bersifat negatif, STS diberi skor 4, TS diberi skor 3, S diberi skor 2, dan
SS diberi skor 1.
Analisis   data   angket   dilakuka untuk   tiap-tiap   indikator.   Skor   total   yang diperoleh  masing-masing  indikator  dibagi  banyak  siswa.  Hasil  perhitungan  ini  disebut frekuensi  atau  kualitas  respons.  Untuk  menentukan  respons  siswa  digunakan  kriteria
berikut.
3 skor rata-rata    4    : sangat positif
2 skor rata-rata  <  3    : positif
1 skor rata-rata  <  2    : negatif
0 skor rata-rata  < 1    : sangat negatif.

Dari  hasil  analisis  terhadap  angket  dapat  disimpulkan  bahwa  siswa  sangat senang belajar dalam kelompok dan sangat menyukai kerja sama dalam belajar. Semua siswa menyatakan bahwa mereka bekerja sama dengan siswa lain meskipun berbeda dari segi etnis, kemampuan, dan jenis kelamin. Siswa menyatakan bahwa mereka lebih suka belajar  kooperatif  dan  menginginkan  bahwa  pembelajaran  materi  lain  juga  dilakukan secara kooperatif. Siswa juga menyatakan bahwa dengan belajar kooperatif mereka lebih mudah memahami materi.
Tabel 4. Kualitas Respons Siswa terhadap Tindakan I
No
Sifat
STS
TS
S
SS
Jumlah
Pernyataan
Pernyataan





1
Positif
0
0
6
30
36
2
Positif
0
0
9
27
36
3
Positif
0
0
15
21
36
4
Negatif
22
14
0
0
36
5
Positif
0
0
19
17
36
6
Negatif
22
14
0
0
36
7
Negatif
0
22
0
0
36
8
Positif
0
0
10
26
36
9
Positif
0
0
15
21
36
10
Positif
0
0
9
27
36
11
Positif
0
0
9
27
36
12
Positif
0
0
22
14
36
13
Positif
0
0
10
26
36
14
Positif
0
0
15
21
36
15
Positif
0
0
17
19
36
16
Negatif
25
11
0
0
36
Keterangan:  STS    = Sangat Tidak Setuju              S       = Setuju
TS       = Tidak Setuju                           SS      = Sangat Setuju


Refleksi



Refleksi  dilakukan  untuk  menentukan  apakah  tindakan  I  harus  diulangi  atau

sudah berhasil. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama pembelajaran berlangsung, semua kelompok dapat menemukan volume tabung. Jadi, kriteria keberhasilan tindakan I yaitu siswa menemukan rumus volume tabung dan menerapkannya sudah tercapai.
Data pengamatan dua orang pengamat terhadap peneliti (guru) dan siswa selama
pembelajaran  berlangsung  menunjukkan  bahwa  semua  indikator  memperoleh  penilaian tertinggi,  yaitu  5.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  semua  indikator  “sangat  baik”.  Dengan demikian,  kegiatan  guru  dan  siswa  dalam  pembelajaran  mencapai  kriteria  keberhasilan
100% dengan predikat sangat baik.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap subjek penelitian, diperoleh bahwa kerja sama  siswa  dalam  kelompok  juga  sangat  baik,  respons  siswa  terhadap  pembelajaran positif dengan tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang juga sangat baik. Keempat subjek dapat menjelaskan hasil kerja kelompok mereka dengan benar.
Keberhasilan  tindakan  I  dapat  dilihat  dari  hasil  angket  terhadap  semua  siswa. Seluruh siswa menyatakan bahwa mereka sangat senang dan suka dengan metode belajar secara  kooperatif.  Dalam  bekerja  sama  mereka  tidak  membeda-bedakan  segi  suku,
tingkat kemampuan, dan jenis kelamin. Seluruh siswa menyatakan bahwa belajar secara
kooperatif lebih mereka sukai daripada belajar secara individual. Selain itu, seluruh siswa menyatakan bahwa dengan belajar kooperatif model Investigasi Kelompok, mereka lebih mudah memahami materi pembelajaran.
Berdasarkan beberapa analisis data yang telah diuraikan di atas, maka diperoleh suatu  kesimpulan  bahwa  pembelajaran  tindakan  I  telah  mencapai  kriteria  keberhasilan, baik segi proses dan segi hasil. Dengan demikian diputuskan bahwa tindakan I tidak perlu diulang. Namun demikian, perlu dilakukan persiapan yang lebih baik diwaktu yang akan datang  agar  waktu  yang  dibutuhkan  untuk  diskusi  tidak  melebihi  waktu  sebagaimana yang telah direncanakan.

Simpulan dan Saran
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat dijelaskan beberapa hal berikut:   (1 Belajar   kooperatif   model   Investigasi   Kelompok   dapat   meningkatkan
pemahaman siswa pada pembelajaran menentukan volume tabung. (2) elajar kooperatif
model   Investigasi   Kelompo terdiri   dari    kegiatan   yaitu   (a)   pendahuluan,   (b) pembentukan kelompok, (c) pelaksanaan investigasi, (d) penyiapan laporan, (e) penyajian laporan, (f) membuat kesimpulan, dan (g) penutup. Secara garis besar, ketujuh kegiatan tersebut dapat dibedakan ke dalam 3 tahap, yaitu (a) tahap awal, (b) tahap inti, dan (c) tahap  akhir.  Tahap  awal  memuat  kegiatan  pendahuluan  dan  pembentukan  kelompok. Tahap  inti  memuat  kegiatan  pelaksanaan  investigasi,  penyiapan  laporan,  dan  penyajian laporan.  Tahap  akhir  meliputi  kegiatan  membuat  kesimpulan  dan  penutup.  (3)    sama siswa dalam Investigasi Kelompok berlangsung sangat baik ditinjau dari segi suku, jenis kelamin,   da tingkat   kemampuan (4 Respons   siswa   terhadap   model   Investigasi Kelompok  sangat  positif.  Semua  siswa  menyatakan  senang  belajar  kooperatif  model Investigasi Kelompok dan lebih mudah memahami materi pembelajaran. (5) Penggunaan LKS sangat membantu siswa dalam melaksanakan investigasi. Meskipun demikian, LKS perlu  dibuat  secara  cermat  dan  hati-hati.  LKS  yang  terlalu  menuntun  arah  kerja  siswa dapat  mematikan  kreativitas  siswa.  LKS  yang  baik  adalah  LKS  yang  memungkinkan siswa bekerja sesuai kreativitas mereka.

Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran yang perlu disampaikan kepada  pihak  sekolah,  guru,  pemerhati  pendidikan  dan  peneliti  lain.  (1)  Pihak  sekolah
(kepala  sekolah)  disarankan  untuk  menyediakan  fasilitas  berupa  ruang  khusus  untuk
pelaksanaan  strategi  belajar  kooperatif  model  Investigasi  Kelompok  dan  menganjurkan penerapan   belajar   kooperatif   model   Investigasi   Kelompok   terutam kepad guru matematika.  (2)  Pihak  guru  dan  pemerhati  pendidikan  disarankan  untuk  menjadikan penerapan belajar kooperatif model Investigasi Kelompok sebagai suatu referensi dalam pembelajaran (3)   Pihak   gur matematika   disaranka untu menerapka belajar kooperatif model Investigasi Kelompok dalam pembelajaran matematika terutama pada materi  yang  menekankan  investigasi  pada  suatu  topik  untuk  menemukan  konsep  atau prinsip. (4) Pihak guru yang menerapkan belajar kooperatif model Investigasi Kelompok disarankan untuk melakukan pengaturan waktu yang tepat dalam pelaksanaan diskusi. (5) Pihak peneliti lain disarankan  untuk melakukan penelitian penerapan belajar kooperatif model  Investigasi  Kelompok  pada  materi  lain  yang  menekankan  investigasi  untuk menemukan suatu konsep atau prinsip.

Daftar Acuan
Davidson, N & Kroll, D.L. 1991. An Overview of Research   ON Cooperative Learning
Related  to  Mathematics.  Journal  for  Research  in  Mathematics  Education.
22(5):362-365.
Eggen,  P.D  &  Kauchak,  P.P..  1998.  Strategies  forTeacher:  Teaching  Content  and
Thinking Skill. Boston: Alyn & Bacon.
Ibrahim, M. dkk.. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University Press. Johnson,  D.W.  &  Johnson,  R.T..  1994.  Learning  Together  and  Alone:  Cooperative,
Competitive, and Individualistic Learning, Fourth Edition. Massachusets: Allyn
& Bacon.
Lince R., Sukahar H., Budayasa I.K. 2001. Efektifitas Model Pembelajaran    Kooperatif dengan  Pendekatan  Struktural.  Buletin  Pendidikan  Matematika,  3  (2):67-136. Ambon: FKIP Universitas Pattimura.
Nur,   M.,  Wikandari,  P.R.  &  Sugiarto,  B..  1999.  Teori  Belajar.  Surabaya:  Unesa
University Press.
Ratumanan, T.G.. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Unesa University Press. Setyosari,  P.  1997.  Model  Belajar  Konstruktivistik.  Jurnal  Sumber  Belajar,  Tahun  4,
Nopember 1997: 50-58.
Slavin, R.E.. 1995. Cooperative Learning, second edition. Massachusets: Allyn & Bacon. Sutawidjaja,  A.  2002.    Konstruktivisme  Konsep  dan  Implikasinya  pada  Pembelajaran Matematika.  Jurnal  Matematika  atau  Pembelajarannya.  VIII  (Edisi  Khusus):
355-359.
Sunardi. 2001. Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan Realistik. Makalah disajikan pada  Seminar  Nasional  Realistik  Mathematics  Education  (RME)  di  Jurusan Matematika FMIPA UNESA. Surabaya, 24 Februari.

1 komentar:

  1. Pembelajaran geometri pada saat ini lebih cenderung berorientasi pada guru dan mengonstruk geometri, sehingga kurang menumbuhkembangkan kemampuan berpikir anak. Begitu pula materi volume tabung seringkali diajarkan dengan menggunakan pembelajaran yang konvensional, yaitu guru menerangkan rumus volume tabung dan kemudian siswa diharapkan menghafal rumus tersebut untuk dapat mengerjakan kuis yang diberikan. Guru sering menganggap jika dilakukan pembelajaran yang terpusat pada siswa, target kurikulum tidak dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Salah satu alasannya adalah karena memerlukan waktu yang relatif lama, padahal kurikulum harus diselesaikan. Faktanya jika menggunakan teknik konvensional tingkat pemahaman siswa tentang volume tabung masih rendah. Hal itu mungkin akan berbeda jika guru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif pemilihan materi volume tabung merupakan salah satu sub pokok bahasan dalam matematika yang relatif mudah dan dapat dijelaskan dengan contoh konkret sehingga dapat memberikan pengalaman baru pada siswa untuk mengonstruksi sendiri konsepnya dan mungkin juga menyenangkan. Tentu bukan hal yang mudah untuk merealisasikan agar siswa menemukan dan mengonstruksi sendiri pengukuran volume tabung melalui pengalamannya, yang kemudian menyimpulkannya dalam rumus umum. Dengan demikian diperlukan suatu usaha untuk mencari, menetapkan dan mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi siswa.
    Dengan dilakukan penelitian ini sangat berdampak positif karena dapat merubah praktek pembelajaran matematika yang selama ini cenderung masih berorientasi pada pencapaian target kurikulum yang proses pembelajarannya masih menempatkan guru sebagai sumber pengetahuan dan sangat jarang ditemukan siswa terlibat dengan aktivitas dalam proses belajar. Penggunaan pendekatan cooperative learning model group investigation salah satunya dapat meningkatkan pemahaman siswa khususnya pada materi volume tabung. Karena dalam model ini siwa dituntut untuk mampu memecahkan suatu masalah secara diskusi kelompok.

    BalasHapus