Rabu, 11 Januari 2012

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN REPRESENTASI MATEMATIK SISWA SEKOLAH DASAR (Studi Kuasi Eksperimen di Kelas V Sekolah Dasar Kota Cimahi)

Oleh: Yuniawatika
ABSTRAK
Penelitian  ini  dilatarbelakangi  oleh  kemampuan  koneksi  dan  representasi  matematik  di  tingkat pendidikan dasar yang belum tertangani dengan baik akibatnya kemampuan koneksi dan representasi matematik siswa rendah. Oleh karena itu, guru harus menentukan strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat mempermudah siswa mengaitkan konsep matematika (koneksi) dan mengembangkan kemampuan representasi matematiknya. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan strategi REACT. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain yang digunakan adalah “Nonequivalent Control Group Design”. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD dari dua sekolah yang masing-masing berlevel baik dan sedang sebanyak empat kelas dengan dua kelas kelompok eksperimen dan dua kelas kelompok kontrol. Dari keempat kelas tersebut,  dua  kelas  kelompok  eksperimen  masing-masing  diberi  perlakuan  pembelajaran  strategi REACT,  dan  dua  kelas  kelompok  kontrol  masing-masing  mendapatkan  pembelajaran  biasa
(konvensional). Setelah dilakukan pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol selama enam kali pertemuan, dilanjutkan dengan pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah tes koneksi dan representasi matematik bentuk uraian untuk mengetahui kemampuan koneksi dan representasi matematik siswa, lembar observasi, wawancara, dan angket untuk mengetahui respon siswa mengenai strategi REACT dan tanggapan terhadap soal-soal koneksi dan representasi matematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan strategi REACT dapat meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematik siswa sekolah dasar. Pembelajaran matematika dengan strategi REACT secara signifikan lebih baik dalam
meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematik siswa sekolah dasar dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi konvensional ditinjau dari level sekolah (baik dan sedang) maupun ditinjau dari kemampuan matematika siswa (tinggi, sedang, dan rendah). Selain itu, sebagian besar siswa menunjukkan respon yang positif terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Hal ini ditunjukkan melalui pendapat siswa dalam angket maupun pada hasil wawancara. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka pembelajaran matematika dengan strategi REACT dapat dijadikan sebagai alternatif strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan
kemampuan siswa khususnya kemampuan koneksi dan representasi matematik.
Kata kunci: Strategi REACT, Kemampuan Koneksi Matematik Siswa, Kemampuan Representasi Matematik Siswa.

PEDAHULUAN
Dalam menghadapi tantangan era globalisasi saat ini diperlukan sumber daya manusia yang handal yang memiliki pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemauan kerjasama yang efektif. Sumber daya manusia yang memiliki pemikiran seperti yang telah disebutkan, lebih mungkin dihasilkan dari lembaga pendidikan. Salah satu mata pelajaran di sekolah yang dapat digunakan  untuk  mencapai  tujuan  tersebut  adalah  matematika  karena  matematika  memiliki keterkaitan  dengan  kehidupan  sehari-hari  baik  masa  kini  maupun  masa  mendatang.  Betapa pentingnya matematika diberikan di sekolah baik dari tingkat dasar, menengah, maupun tinggi.
National  Council  of  Teacher  Mathematics(2000) menetapkan  bahwa  terdapat                                  5
keterampilan proses yang perlu dimiliki siswa melalui pembelajaran matematika yang tercakup dalam  standar  proses,  yaitu:  (1)  pemecahan  masalah  (problem  solving); (2)  Penalaran  dan pembuktian (reasoning and proof); (3) Komunikasi           (communication); (4) Koneksi (connection); dan       (5)  Representasi         (representation).  Keterampilan-keterampilan  tersebut  termasuk  pada berpikir matematika tingkat tinggi (high order mathematical thinking) yang harus dikembangkan dalam proses pembelajaran matematika.
Setiap  aspek  dalam  berpikir  matematik  tingkat  tinggi  mempunyai  ruang lingkup  yang sangat luas, sehingga agar tidak terlalu melebar, dalam penelitian ini yang akan diukur hanya dua aspek yaitu kemampuan koneksi dan representasi matematik siswa. Kemampuan koneksi dan representasi  matematik  diperlukan  sejak  dini  melalui  pembelajaran  di  kelas  untuk  mampu memecahkan masalah dan mengaplikasikan konsep matematika sebagai bekal hidup siswa untuk sekarang dan masa yang akan datang.
Menurut Sumarmo (Tim JICA, 2010) dalam belajar matematika siswa dituntut memahami koneksi antara ide-ide matematik dan antar matematik dan bidang studi lainnya. Jika siswa sudah mampu melakukan koneksi antara beberapa ide matematik, maka siswa akan memahami setiap materi matematika dengan lebih dalam dan baik. Dengan demikian maka siswa akan menyadari bahwa matematika merupakan disiplin ilmu yang saling berhubungan dan berkaitan (connected), bukan sebagai sekumpulan materi yang terpisah-pisah. Artinya materi matematika berhubungan dengan  materi  yang  dipelajari  sebelumnya.  Dengan  demikian  maka  kemampuan  koneksi matematik ini sangat diperlukan oleh siswa sejak dini karena melalui koneksi matematik maka
pandangan dan pengetahuan siswa akan semakin luas terhadap matematika sebab semua yang terjadi di kehidupan sehari-hari maupun materi yang dipelajari saling berhubungan.
Oleh  karena itu diperlukan  adanya  peningkatan kemampuan  koneksi matematik dalam pembelajaran matematika karena topik-topik dalam matematika banyak memiliki relevansi dan manfaat dengan bidang lain, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Selain itu melalui koneksi konsep pemikiran dan wawasan siswa akan semakin terbuka dan luas terhadap matematika karena siswa  akan  memandang  matematika  sebagai  suatu  bagian  yang  terintegrasi  bukan  sebagai sekumpulan topik yang terpisah-pisah, serta mengakui adanya keterkaitan atau hubungan dan aplikasi  di  dalam  kehidupan  atau  lingkungan  sekitar  siswa.  Dengan  demikian,  kemampuan koneksi  matematik  sangat  penting  untuk  dimiliki  siswa  agar  siswa  mampu  membuat  suatu hubungan  yang  bermakna  antar  konsep  matematika  atau  antara  konsep  dengan  bidang  lain
ataupun dengan kehidupan atau lingkungan sekitar siswa. Selain itu, jika kemampuan koneksi telah dimiliki oleh siswa maka akan mempermudah siswa untuk memahami suatu konsep.
Selain koneksi, kemampuan representasi juga merupakan salah satu komponen penting dan fundamental untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa, karena pada proses pembelajaran matematika  kita  perlu  mengaitkan  materi  yang  sedang  dipelajari  serta  merepresentasikan ide/gagasan dalam berbagai macam cara. Menurut Jones  (Hudiono,  2005), terdapat beberapa alasan perlunya representasi, yaitu: memberi kelancaran siswa dalam membangun suatu konsep dan berpikir matematik serta untuk memiliki kemampuan dan pemahaman konsep yang kuat dan
fleksibel  yang  dibangun  oleh  guru  melalui  representasi  matematik.  Wahyudin
(2008)  juga menambahkan bahwa representasi bisa membantu para siswa untuk mengatur pemikirannya.
Penggunaan representasi oleh siswa dapat menjadikan gagasan-gagasan matematik lebih konkrit dan membantu siswa untuk memecahkan suatu masalah yang dianggap rumit dan kompleks menjadi lebih sederhana jika strategi dan pemanfaatan representasi matematika yang digunakan sesuai dengan permasalahan.
Pemahaman matematika melalui representasi adalah dengan mendorong siswa menemukan dan  membuat  suatu  representasi  sebagai  alat  atau  cara  berpikir  dalam  mengkomunikasikan gagasan matematika dari abstrak menuju konkrit. Representasi matematik melibatkan cara yang digunakan  siswa  untuk  mengkomunikasikan  bagaimana  mereka  menentukan  jawabannya sebagaimana  yang  diungkapkan  Jakabcsin  dan  Lane (Hutagaol, 2007).  Komunikasi  dalam matematika memerlukan representasi yang dapat berupa: simbol tertulis, diagram, tabel ataupun
benda karena matematika yang bersifat abstrak membutuhkan sajian-sajian benda konkrit untuk
memudahkan siswa memahami konsep yang dipelajarinya (Hudiono, 2005). Dengan sajian benda-benda konkrit akan memberikan kesempatan kepada siswa khususnya untuk siswa SD yang sedang berada pada tahap berpikir konkrit, untuk memahami matematika dengan mengamati, menduga, mengkaji, menganalisis, menemukan, merumuskan, dan membuat kesimpulan.
Menurut penjelasan di atas, kemampuan koneksi dan representasi matematik siswa perlu dikembangkan  melalui  proses  pembelajaran  khususnya  dalam  materi  pelajaran  yang  berisi pengetahuan dan logika berpikir yaitu matematika tentu saja dengan mempertimbangkan tahap perkembangan  khususnya  bagi  siswa  SD  yang  sedang  memasuki  fase  operasional  kongkrit, artinya mereka telah mampu berpikir dan merepresentasikan serta mengaitkan berdasarkan data-data kongkret, dan mampu pula memikirkan perubahan dari suatu keadaan ke keadaan lain.
Namun permasalahan yang terjadi adalah kemampuan koneksi dan representasi matematik di tingkat pendidikan dasar belum tertangani akibatnya kemampuan koneksi dan representasi matematik  siswa  rendah.  Karena  dasar-dasar  berpikir  tersebut  tidak  dikuasai  dengan  baik, dampaknya dirasakan sampai pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Salah satu indikasi rendahnya kemampuan koneksi matematik siswa yaitu berdasarkan beberapa hasil penelitian, Kusuma (2003) menyatakan tingkat kemampuan siswa kelas III SLTP dalam melakukan koneksi matematik masih rendah. Ruspiani (2000) mengungkap bahwa rata-rata nilai kemampuan koneksi matematik siswa sekolah menengah masih tegolong rendah.
Selanjutnya, berkenaan dengan rendahnya kemampuan representasi matematik, Hutagaol (2007) menyatakan bahwa terdapatnya permasalahan dalam penyampaian materi pembelajaran matematika, yaitu kurang berkembangnya daya representasi siswa, khususnya pada siswa SMP, siswa tidak pernah diberi kesempatan untuk menghadirkan representasinya sendiri tetapi harus mengikuti apa yang sudah dicontohkan oleh gurunya. Kemudian, hasil studi Hudiono  (2005) menunjukkan  bahwa  terjadinya  kelemahan  representasi  siswa  seperti  tabel,  gambar,  model disampaikan kepada siswa karena hanya sebagai pelengkap dalam penyampaian materi.
Keadaan  yang  terjadi  di  lapangan  dalam  hal  kemampuan  koneksi  dan  representasi matematik  mungkin  disebabkan  oleh  rendahnya  kualitas  proses  belajar  mengajar  di  tingkat sekolah  dasar  yang  berpengaruh  terhadap  pemahaman  di  tingkat  selanjutnya.  Dugaan  ini dibenarkan oleh Soedjadi (Windayana, 2009) bahwa kualitas pendidikan matematika di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama masih rendah. Hal ini dikarenakan, guru terbiasa melakukan pembelajaran  secara  konvensional  atau  menurut  Turmudi (2008)  proses  pembelajaran  yang disampaikan selama ini menggunakan sistem transmission of knowledge. Selama ini siswa hanya duduk diam sambil mendengarkan penjelasan dari gurunya kemudian mencatat kembali apa yang dicatat oleh guru di depan kelas atau papan tulis selanjutnya mengerjakan soal latihan yang soal dan penyelesaiannya tidak berbeda jauh dengan apa yang dicontohkan oleh guru di depan kelas. Hal ini membuat kelas hanya terjadi interaksi satu arah. Begitu pula dengan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa hanya terbatas pada apa yang telah diajarkan oleh guru saja. Oleh karena itu, kemampuan berpikir tingkat tinggi yang seharusnya berkembang dalam diri siswa, menjadi tidak berkembang secara optimal.
Berdasarkan  fenomena  dan  pendapat  di  atas  kemudian  muncul  pertanyaan:  metode, pendekatan, atau strategi apa yang cocok untuk siswa agar memperoleh kemampuan koneksi dan representasi  matematik  yang  baik  melibatkan  aktivitas  siswa  secara  optimal,  dan  membuat pelajaran matematika menjadi lebih bermakna dan menyenangkan. Karena matematika harus dipelajari dalam konteks yang bermakna yang mengaitkannya dengan subyek lain dan dengan minat  dan  pengalaman  siswa.  Menyadari  pentingnya  suatu  strategi  pembelajaran  untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematik siswa, maka diperlukan adanya pembelajaran yang menekankan pada belajar siswa aktif dimana proses pembelajaran terdapat partisipasi aktif dari siswa sehingga dalam proses pembelajaran akan terjadi komunikasi yang aktif multi arah baik guru dengan siswa dan antar siswa itu sendiri.
Untuk  menumbuhkembangkan  kemampuan  koneksi  dan  representasi  matematik  siswa diperlukan suatu strategi pembelajaran matematika  yang mampu menumbuhkan koneksi dan representasi   matematik   siswa.   Alternatif   strategi   pembelajaran   dalam   upaya   untuk menumbuhkembangkan kemampuan koneksi dan representasi matematik siswa dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran kontekstual melalui strategi REACT.
Strategi REACT ini dijabarkan oleh COR (Center of Occupational Research) di Amerika yang  dari  lima  strategi  yang  harus  tampak  yaitu:  Relating (mengaitkan),  Experiencing (mengalami), Applying  (Menerapkan), Cooperating  (Bekerjasama), Transferring  (Mentransfer) (Muslich,  2008). Relating  (mengaitkan) adalah pembelajaran dengan mengaitkan materi yang
sedang  dipelajarinya  dengan  konteks  pengalaman  kehidupan  nyata  atau  pengetahuan  yang sebelumnya. Experiencing  (mengalami) merupakan pembelajaran yang membuat siswa belajar dengan  melakukan  kegiatan  matematika (doing  math)  melalui  eksplorasi,  penemuan  dan pencarian. Berbagai pengalaman dalam kelas dapat mencakup penggunaan manipulatif, aktivitas pemecahan  masalah,  dan  laboratorium. Applying (menerapkan)  adalah  belajar  dengan menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari untuk digunakan, dengan memberikan latihan-latihan  yang  realistik  dan  relevan.  Cooperating (bekerjasama)  adalah  pembelajaran  dengan mengkondisikan siswa agar bekerja sama, sharing, merespon dan berkomunikasi dengan para pembelajar  yang  lainnya.  Kemudian  Transferring (mentransfer)  adalah  pembelajaran  yang mendorong siswa belajar menggunakan pengetahuan yang telah dipelajarinya ke dalam konteks atau situasi baru yang belum dipelajari di kelas berdasarkan pemahaman.
Strategi REACT ini telah diterapkan oleh Ena Suhena (2009), Tapilouw Marthen (2009), Anna Fauziah (2010) dan Rachmat Hidayat (2010) yang menemukan dampak positif dari strategi REACT. Keempat penelitian tersebut menekankan pada daya matematik siswa aspek kognitif serta dilakukan penelitian pada tingkat SMP dan mahasiswa sedangkan pembelajaran matematika di  tingkat  SD  sepanjang  pengetahuan  peneliti  belum  diteliti.  Selain  itu  berdasarkan  hasil penelitian  Martheen (2009)  bahwa  pembelajaran  kontekstual  melalui  strategi  REACT  yang berpusat pada siswa merupakan pilihan yang tepat, karena banyak siswa yang termotivasi untuk mengembangkan kemampuan matematik yang mereka miliki. Sedangkan kekurangannya adalah membutuhkan waktu yang lama untuk guru dan siswa, membutuhkan kemampuan khusus guru serta menuntut kerja keras dari guru.
Sebagai tindak lanjut dan sesuai rekomendasi Tapilouw Marthen (2009) dan Ena Suhena (2009),  peneliti berkeinginan untuk mengetahui apakah penerapan strategi REACT ini dapat meningkatkan  kemampuan  koneksi  dan  representasi  matematik  siswa  SD.  Berdasarkan  hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penerapan strategi REACT untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematik siswa SD.
Rumusan masalah:  (1) Apakah peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT lebih baik daripada kemampuan koneksi matematik siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi konvensional ditinjau dari level sekolah (baik dan sedang)?; (2) Apakah peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa yang  mendapat  pembelajaran  dengan  menggunakan  strategi  REACT  lebih  baik  daripada kemampuan koneksi matematik siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi konvensional ditinjau  dari  tingkat  kemampuan  matematika  siswa (tinggi,  sedang,  rendah)?; (3)  Apakah peningkatan  kemampuan  representasi  matematik  siswa  yang  mendapat  pembelajaran  dengan
menggunakan strategi REACT lebih baik daripada kemampuan representasi matematik siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi konvensional ditinjau dari level sekolah (baik dan sedang)?;  (4) Apakah peningkatan kemampuan representasi matematik siswa yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT lebih baik daripada kemampuan representasi matematik siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi konvensional ditinjau dari tingkat kemampuan matematika siswa  (tinggi, sedang, rendah)?; dan  (5) Bagaimanakah sikap siswa terhadap penerapan pembelajaran matematika dengan menggunakan REACT?

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, subjek yang akan diteliti merupakan siswa-siswa yang sudah terdaftar dengan kelasnya masing-masing, sehingga tidak dimungkinkan untuk membuat kelompok baru secara acak. Oleh karena itu, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen,  dan  desain  yang  digunakan  adalah “Nonequivalent  Control  Group  Design” (Sugiyono, 2008:116). Pada desain ini, peneliti mengelompokkan tidak secara acak, tetapi peneliti memilih dua kelompok secara acak. Satu kelompok dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan satu kelompok dijadikan kelompok kontrol. Kedua kelompok diberikan tes awal dan tes akhir. Pada  kelompok  eksperimen  diberikan  perlakuan  yang  berbeda  dengan  kelompok  kontrol. Penggunaan strategi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel bebas dan
variabel terikat. Dalam penelitian ini, variabel bebasnya adalah pembelajaran dengan strategi REACT dan variabel terikatnya adalah kemampuan koneksi dan representasi matematik siswa SD.
Diagram desain penelitiannya sebagai berikut:
   O1       X    O2
  -------------------
O3                 O4   (Sugiyono, 2008:116)
Keterangan:
O1 = O3 = Pretes Kemampuan koneksi dan representasi matematik
O2 = Postes kemampuan koneksi dan representasi kelompok eksperimen
O4 = Postes kemampuan koneksi dan representasi kelompok kontrol
X  = Pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi REACT
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran tentang sikap siswa secara umum terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi REACT terhadap koneksi dan representasi matematik siswa  selama  penelitian.  Sedangkan  pendekatan  kuantitatif  dilakukan  untuk  memperoleh gambaran tentang kemampuan koneksi dan representasi matematik siswa berdasarkan hasil tes.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kota Cimahi. Dari sebanyak 118 sekolah, terlebih dahulu digolongkan sekolah ke dalam tiga kategori, yaitu sekolah dengan kualifikasi sangat baik, baik, sedang dan rendah berdasarkan urutan hasil perolehan nilai rata-rata UASBN tahun  2010, dari setiap level baik dan sedang dipilih satu sekolah. Sampel penelitian sebanyak  112 orang siswa yang terdiri dari  56 orang siswa yang memperoleh  pembelajaran  dengan  strategi  REACT  dan 56  orang  siswa  yang  memperoleh pembelajaran dengan strategi konvensional (tanpa perlakuan).
Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan empat macam instrumen, yang terdiri dari soal tes koneksi dan kemampuan representasi matematik, lembar observasi siswa dan guru, angket skala sikap, dan pedoman wawancara.
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dan digunakan dalam penelitian ini berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Aktivitas Siswa (LAS).
Prosedur Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil tes selanjutnya diolah melalui tahap sebagai berikut.
1.      Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan sistem penskoran yang digunakan.
2.      Membuat tabel skor  tes hasil belajar siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
3.      Peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus g faktor (N-Gain) dengan rumus:
(Hake dalam Meltzer, 2002)
Keterangan:
Spost  = Skor Postes
Spre  = Skor pretes
Smaks = Skor maksimum Untuk menentukan uji statistik yang digunakan, terlebih dahulu ditentukan normalitas data dan homogenitas varians dengan menggunakan SPSS versi 17.

HASIL PENELITIAN
Hasil Pretes dan Postes
Sebelum pembelajaran diberikan dilakukan tes (pretes) untuk mengukur kemampuan awal siswa dan setelah pembelajaran dilakukan diberikan tes (postes) kemampuan akhir siswa. Dari hasil analisis data dan uji statistik dengan taraf signifikansi 5% terhadap data pretes dan postes diperoleh bahwa hasil pretes di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara signifikan tidak terdapat perbedaan, sedangkan pada hasil postes kedua kelompok menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Peningkatan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Representasi Matematik
Untuk mengetahui apakah perbedaan peningkatan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berbeda secara signifikan ditinjau dari level sekolah maupun kemampuan matematika siswa, dilakukan uji Anova dua jalur.
Berdasarkan  perhitungan  uji  Anova  dua  jalur  diperoleh  kesimpulan  bahwa  terdapat perbedaan  peningkatan  kemampuan  koneksi  dan  representasi  matematik  antara  siswa  yang mengikuti  pembelajaran  dengan  strategi  REACT  dan  siswa  yang  mengikuti  pembelajaran konvensional ditinjau dari level sekolah (baik dan sedang )maupun kemampuan matematika siswa (tinggi, sedang dan rendah).
Untuk mengetahui pembelajaran mana yang lebih baik dalam kemampuan koneksi dan representasi  matematik  siswa,  dilakukan  uji  statistik  lanjutan  melalui  uji-t.  Berdasarkan perhitungan uji-t diperoleh kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan koneksi dan representasi matematik siswa yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT secara signifikan  lebih  baik  daripada  kemampuan  koneksi  dan  representasi  matematik  siswa  yang mengikuti pembelajaran dengan strategi konvensional ditinjau dari keseluruhan, level sekolah
(baik dan sedang) dan tingkat kemampuan matematika siswa (tinggi, sedang dan rendah).
Hasil Penelitian tentang Skala Sikap Siswa
Berdasarkan tanggapan siswa melalui skala sikap dan wawancara diperoleh temuan bahwa secara umum tanggapan siswa terhadap pembelajaran matematika dengan strategi REACT cukup positif. Tanggapan para siswa tentang strategi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, LAS yang diberikan, dan soal-soal kemampuan koneksi dan representasi matematik menunjukkan suatu persetujuan dan minat serta motivasi yang tinggi terhadap pembelajaran yang dikembangkan.
PEMBAHASAN
1.  Pembelajaran Matematika dengan Strategi REACT
Dilihat dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dibandingkan dengan pembelajaran konvensional,  pembelajaran  dengan  strategi  REACT  menunjukkan  peran yang berarti  dalam meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematik siswa. Dapat dipahami bahwa pembelajaran  yang biasa  dilaksanakan  guru  selama ini hanya  berorientasi  pada menjelaskan materi pelajaran, menjelaskan langkah-langkah dalam menghitung di papan tulis dan memberikan contoh-contoh  penyelesaian  soal  secara  jelas  dan  rinci  kemudian  siswa  diminta  untuk mengerjakan soal-soal yang sudah tersaji dengan jelas dan solusinya pun sudah pasti dan seragam. Selain itu, siswa kurang diberikan kesempatan untuk mengekspresikan dan menyimpulkan materi
yang telah mereka pelajari dengan bahasa mereka sendiri. Hal ini membuat matematika hanya dipandang barang jadi berupa sekumpulan rumus dan aturan yang harus dihafal serta diingat oleh siswa bukan sebagai aktivitas atau kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk menemukan suatu konsep.
Sedangkan dalam pembelajaran strategi REACT, fokus kegiatan belajar sepenuhnya berada pada siswa yaitu berpikir menemukan solusi dari suatu masalah matematika termasuk proses untuk memahami suatu konsep dan prosedur matematika. Karena kekuatan dari pembelajaran melalui REACT terletak pada memotivasi dan memfasilitasi siswa belajar secara aktif. Untuk itu guru menjadi instrumen pembelajaran yang utama yaitu sebagai fasilitator terjadinya aktivitas belajar di kelas dalam upaya untuk mengarahkan siswa agar dapat membuat siswa belajar aktif.
Meskipun banyak kelebihan dan keuntungan yang diperoleh oleh siswa maupun guru tetapi pada prakteknya terdapat banyak kendala yang dihadapi guru pada saat proses pembelajaran dengan  strategi  REACT.  Kendala  yang  dihadapi  yaitu  pada  saat  proses  pembelajaran  tahap cooperating, karena kemampuan siswa yang bervariasi dan tidak terbiasanya menggunakan LAS dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa lebih banyak mengandalkan guru untuk bertanya. Agar  pembelajaran  efektif,  guru  perlu  merencanakan  dan  mempersiapkan  dengan  matang, terutama menyangkut sajian bahan ajar dan bentuk pertanyaan alternatif yang diberikan kepada siswa ketika siswa menemui kesulitan. Bentuk pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa harus lebih sederhana dan yang lebih mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi konsep.
Bentuk bantuan yang diberikan oleh guru tersebut merupakan lanjutan dari pengajuan petanyaan-pertanyaan yang dituangkan melalui LAS. Bantuan yang diberikan guru bukan untuk individu melainkan untuk kelompok. Bila terdapat siswa yang menemui kesulitan, maka didiskusikan terlebih dahulu dalam kelompoknya.
Selain itu, pembelajaran dengan strategi REACT kurang efisien jika diterapkan di kelas besar karena REACT disetting dalam bentuk kelompok. Sehingga kelas besar akan menghasilkan banyak  kelompok  dan  hal  ini  tentu  saja  membuat  guru  kerepotan  dalam  membimbing  dan memfasilitasi siswa dalam proses penemuan konsep. Dalam pembelajaran yang terdapat tahapan cooperating, guru tidak hanya mengelompokan siswa dan membiarkan mereka bekerjasama tetapi guru juga harus mendorong semua siswa di setiap kelompok untuk berpartisipasi sepenuhnya dalam aktivitas kelompok dan menumbuhkan tanggung jawab di setiap diri siswa.
   Hasil penelitian pada kelompok eksperimen dan kontrol, pembelajaran dengan  strategi REACT  dibandingkan  dengan  pembelajaran  biasa,  menunjukkan  pangaruh  yang  signifikan terhadap  peningkatan  kemampuan  koneksi  dan  representasi  matematik  siswa.  Keberhasilan pembelajaran dengan strategi REACT dalam meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi siswa terjadi karena pada pembelajaran dengan stratgi REACT siswa terstimulus secara aktif dalam  kegiatan  pembelajaran  sehingga  kemampuan  matematika  siswa  berkembang  dan meningkat. Temuan ini sesuai dengan pernyataan Crawford  (2001) yang menyatakan bahwa strategi REACT memiliki kelebihan diantaranya dapat memperdalam pemahaman siswa serta membuat belajar menyeluruh dan menyenangkan.
2.  Level Sekolah
Dikaitkan dengan faktor pembelajaran, hasil tes koneksi dan representasi menunjukkan bahwa  faktor  level  sekolah  berpengaruh  secara  signifikan  terhadap  peningkatan  kemampuan koneksi  dan  representasi  matematik  siswa.  Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  siswa  dari sekolah dengan level baik memperoleh peningkatan kemampuan berpikir koneksi dan representasi matematik lebih baik dibandingkan mereka yang berasal dari sekolah dengan kualifikasi sedang. Hal  ini  menunjukkan  bahwa  siswa  yang  memiliki  kemampuan  awal  lebih  baik,  mengalami peningkatan  kemampuan  koneksi  dan  representasi  yang  lebih  baik  dibanding  mereka  yang kemampuan awalnya kurang. Dengan demikian, bahwa pembelajaran dengan strategi REACT, cocok diberikan bagi siswa di setiap level baik maupun sedang. Sedangkan interaksi pembelajaran dengan level sekolah tidak signifikan sehingga tidak terdapat perbedaan terhadap peningkatan kemampuan koneksi dan representasi matematik siswa. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa  dalam  penelitian  ini  relatif  sama,  tidak  terdapat  perbedaan  yang  signifikan  ditinjau berdasarkan faktor pembelajaran dan level sekolah.
Pembelajaran matematika dengan strategi REACT lebih berhasil pada siswa level sekolah baik dibandingkan dengan level sekolah sedang namun berdasar hasil penelitian, pada sekolah level sedang kemampuan koneksi dan kemampuan representasi matematik yang belajar melalui strategi REACT secara signifikan lebih baik dari pada siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional. Jadi, dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika dengan strategi REACT dapat mengakomodasi siswa pada level sekolah baik dan sedang atau dapat dikatakan strategi pembelajaran REACT cocok diberikan pada semua level sekolah dalam upaya meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematik siswa. hanya saja pada level sekolah sedang dimana daya tangkap siswanya tidak sebaik pada level sekolah baik akan membutuhkan persiapan yang lebih, dan bimbingan yang lebih intensif dari guru.
3.  Kemampuan Matematika Awal Siswa
Interaksi  antara  faktor  kemampuan  matematika  siswa  ini  dikaitkan  dengan  faktor pembelajaran, dari hasil gain koneksi diperoleh keterangan bahwa bagi siswa dengan kemampuan matematika  tinggi,  sedang,  maupun  rendah,  faktor  pembelajaran  mempengaruhi  peningkatan kemampuan koneksi dan representasi matematik siswa. Siswa yang memperoleh pembelajaran dengan strategi REACT mengalami peningkatan kemampuan koneksi dan representasi matematik lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Hal ini bermakna bahwa pembelajaran strategi REACT dapat diberikan kepada siswa dengan kemampuan matematika yang beragam, asalkan guru dapat melakukan intervensi dengan tepat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan matematika mereka. Dilihat dari hasil uji Post Hoc, kemampuan koneksi dan representasi matematik KMA tinggi berbeda secara signifikan dengan kemampuan koneksi dan representasi KMA sedang dan KMA rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi  dan  representasi  matematikvsiswa  dengan  KMA  tinggi  secara  signifikan  lebih  baik dibandingkan dengan KMA sedang dan KMA rendah.
Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan matematika awal siswa dapat menentukan keberhasilan daya serap siswa, dan guru juga mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan siswa.
4.  Kemampuan Koneksi Matematik
Kemampuan koneksi merupakan tingkatan kedua dari berpikir matematik. Terdapat temuan yang diperoleh penulis ketika melaksanakan pretes yaitu kemampuan siswa dalam menemukan dan menggunakan kemampuan koneksi matematik sangat rendah. Berdasarkan kajian penulis terhadap masalah ini, penyebab rendahnya hasil pretes ini adalah karena pembelajaran yang berlangsung  selama  ini  mengabaikan  aspek  keterkaitan  matematik  dengan  topik  matematik sebelumnya, dengan disiplin ilmu lain dan dengan masalah-masalah nyata di sekitar kehidupan sehari-hari siswa.
Temuan selanjutnya, adalah bahwa semua pembelajaran yang dikelola dengan baik   akan memberikan hasil belajar yang baik pula. Namun seberapa besar peningkatan yang dapat dicapai, sangat tergantung pada seberapa besar usaha guru sebagai pengelola pembelajaran memberikan yang terbaik pada siswanya baik berupa strategi pembelajaran, media, bahan ajar dan hal-hal yang menunjang proses pembelajaran. Skor hasil postes dalam penelitian ini menunjukkan  terjadi peningkatan kemampuan koneksi matematik setelah perlakuan, baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.
Berdasarkan  analisis  jawaban  yang  diberikan  siswa,  terlihat  bahwa  sebenarnya  siswa memiliki  kemampuan  untuk  memahami  masalah  yang  cukup  baik,  hanya  untuk  memahami masalah tersebut siswa membutuhkan waktu yang relatif lama. Dari jawaban yang diberikan siswa, terlihat bahwa yang paling membingungkan siswa adalah soal yang berkaitan dengan antar pokok bahasan lain. Hal ini dimungkinkan karena masih lemahnya kemampuan koneksi siswa atau  siswa  masih  menganggap  tiap  pokok  bahasan  dalam  pelajaran  matematika  merupakan bagian-bagian yang saling lepas. Salah satu penyebabnya dikarenakan mereka  belum  terbiasa  dengan  soal-soal  seperti  itu.  Penemuan  ini  diperkuat  pula  dari  hasil penelitian Ruspiani  (2000) yang mengungkap bahwa kemampuan koneksi terendah ada pada kemampuan koneksi antar topik matematika.
Temuan terakhir yang menjawab rumusan masalah adalah   hasil tes koneksi pada siswa kelas  eksperimen  yang  memperoleh  pembelajaran  matematika  dengan  strategi  REACT, menunjukkan peningkatan kemampuan koneksi secara signifikan yang lebih baik dibandingkan dengan siswa kelas kontrol yang memperoleh pembelajaran biasa. Hal ini jelas menunjukkan bahwa  siswa-siswa  yang  pembelajarannya  dengan  strategi  REACT  pada  umumnya  lebih mengutamakan proses penyelesaian dengan cara mengkaitkan pengetahuan yang berbeda-beda untuk menyelesaikan setiap permasalahan, dan tidak mengutamakan hasil/jawaban akhir saja,
sedangkan siswa-siswa yang pembelajarannya secara konvensional lebih mengutamakan hasil akhir.
Dari hasil penelitian di lapangan, didapat bahwa pembelajaran dengan strategi REACT kemampuan koneksi siswa meningkat lebih baik dibandingkan dengan kemampuan koneksi yang menggunakan  pembelajaran  dengan  strategi  konvensional,  pertama  karena  dalam  proses pembelajaran terdapat kegiatan relating dimana siswa dapat menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sebelumnya yang didapatkan siswa juga dapat menghubungkan ide yang berkaitan dengan objek tertentu.
Selain  itu  dengan  pembelajaran  dengan  strategi  REACT  telah  merubah  paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru kepada pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa  untuk  mengkonstruksi  pengetahuannya  sendiri  yang  secara  tidak  langsung  siswa mengkonstruksi pengetahuannya dengan mengaitkan pengetahuan atau konsep yang telah dimiliki sebelumnya.  Temuan  ini  melengkapi  temuan-temuan  sebelumnya  yaitu  mengenai  penerapan REACT yang telah dilakukan di SMP dan di perguruan tinggi.
5.  Kemampuan Representasi Matematik
Kemampuan representasi matematik adalah salah satu keterampilan proses yang berkaitan dengan  kemampuan  siswa  menyampaikan  laporan,  gagasan,  dan  ide.  Berdasarkan  hasil  tes representasi pada siswa kelas eksperimen yang memperoleh pembelajaran matematika dengan strategi  REACT,  menunjukkan  peningkatan  kemampuan  representasi  yang  lebih  baik  secara signifikan dibandingkan dengan siswa kelas kontrol yang memperoleh pembelajaran biasa. Hal ini jelas  menunjukkan  bahwa  siswa-siswa  yang  pembelajarannya  dengan  strategi  REACT  pada umumnya  lebih  mengutamakan  proses  penyelesaian  dengan  cara  merepresentasikan  suatu masalah dengan berbeda-beda untuk membantu proses menyelesaikan setiap permasalahan, dan tidak  mengutamakan  hasil/jawaban  akhir  saja,  sedangkan  siswa-siswa  yang pembelajarannya secara konvensional lebih mengutamakan hasil akhir.
Dalam strategi REACT siswa diberi alat bantu berupa benda-benda konkrit. Misalnya, pada pembelajaran mengenai jaring-jaring bangun ruang siswa diberi beberapa bangun datar, kemudian siswa diberi arahan agar siswa dapat membentuk beberapa bangun datar tersebut menjadi bangun ruang. Sehingga siswa dapat menemukan berbagai bentuk jaring-jaring dari satu bangun ruang berdasarkan pengetahuan mereka. Menurut Herman (2004), benda konkrit dapat berperan sebagai representasi alternatif yang menghubungkan representasi suatu konsep yang baru terhadap konsep sebelumnya,  sehingga  representasi  terkoneksi  dalam  jaringan  dengan  struktur  yang  lebih terorganisasi. Jadi, dengan menggunakan bantuan benda konkrit, sifat matematika yang abstrak dapat  lebih  mudah  diterima  oleh  siswa,  khususnya  siswa  sekolah  dasar  yang  kemampuan berpikirnya berada pada tahap berpikir konkrit.
Selain itu, pada kelas eksperimen siswa diberikan kesempatan untuk merepresentasikan suatu  permasalahan  secara  bebas  tanpa  dibatasi  sehingga  siswa  menjadi  lebih  kreatif  untuk merepresentasikan suatu permasalahan. Hal ini berbeda yang terjadi di kelas kontrol dimana siswa harus melakukan prosedur atau langkah-langkah yang baku yang telah ditetapkan oleh guru kelasnya.
Berdasarkan  uraian  di  atas,  dapat  dikatakan  bahwa   secara   umum  siswa   yang pembelajarannya dengan strategi REACT menunjukkan kemampuan representasi yang lebih baik dibandingkan  dengan  siswa  yang  pembelajarannya  dengan  strategi  konvensional. Penekanan representasi matematik dalam pembelajaran memang belum banyak dilakukan oleh guru. Hal ini disebabkan karena banyaknya materi yang harus disampaikan, sehingga perhatian guru lebih tertuju kepada target kurikulum, dan kurang memperhatikan kebermaknaan matematika yang diajarkannya.
KESIMPULAN
1.      Peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa  yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT secara signifikan lebih baik daripada kemampuan koneksi matematik siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi konvensional ditinjau dari level sekolah (baik dan sedang).
2.      Peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa  yang mendapat pembelajaran dengan     menggunakan strategi REACT secara signifikan lebih baik daripada kemampuan koneksi matematik siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi konvensional ditinjau dari tingkat kemampuan matematika siswa (tinggi, sedang, rendah).
3.      Peningkatan kemampuan representasi matematik siswa yang mendapat pembelajaran dengan                    menggunakan strategi REACT secara signifikan lebih baik daripada kemampuan representasi matematik siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi konvensional ditinjau dari level sekolah (baik dan sedang).
4.      Peningkatan kemampuan representasi matematik siswa yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT secara signifikan lebih baik daripada kemampuan representasi matematik siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi konvensional ditinjau dari tingkat kemampuan matematika siswa (tinggi, sedang, rendah).
5.      Sebagian besar siswa menunjukkan respon yang positif terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.  Dengan  kata  lain,  pembelajaran  matematika  dengan  menggunakan  strategi REACT dapat meningkatkan sikap positif terhadap matematika. Hal ini ditunjukkan melalui pendapat siswa dalam angket maupun pada hasil wawancara serta dari aktivitas siswa seperti           siswa  terlihat  lebih  aktif  dan  memiliki  semangat  yang  lebih  baik  dalam  menyelesaikan permasalahan, berdiskusi antar sesama siswa, bertanya pada guru dan terjadi interaksi multi arah.
Saran
1.      Berdasarkan  kesimpulan  hasil  penelitian,  menunjukkan  bahwa  pembelajaran  matematika dengan  strategi  REACT  dapat  meningkatkan  kemampuan  koneksi  dan  representasi matematik  yang  lebih  baik  daripada  menggunakan  strategi  konvensional,  baik  ditinjau   berdasarkan level sekolah maupun kemampuan matematika siswa. Oleh karena itu disarankan pembelajaran  dengan  strategi  REACT  dapat  dijadikan  salah  satu  alternatif    yang  dapat    digunakan  guru  matematika  dalam  menyajikan  materi  matematika  untuk  meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematik siswa.
2.      Strategi REACT memerlukan waktu yang relatif lama dalam proses pembelajarannya karena memerlukan beberapa langkah yang sudah ditentukan, sehingga jika guru ingin menggunakan strategi ini disarankan untuk sehingga melakukan persiapan yang matang agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dengan mempertimbangkan pengalokasian waktu pada setiap
langkah-langkah tersebut dengan sebaik-baiknya sehingga terciptalah proses pembelajaran yang efektif dan efisien sepanjang waktu yang sudah ditetapkan. a) LAS yang digunakan harus mengarahkan siswa dalam mengkonstruksi konsep dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti dari setiap tingkatan kemampuan matematika siswa baik tinggi, sedang maupun rendah. (b) intervensi guru dalam pembelajaran harus tepat dan sesuai dengan  kebutuhan  siswa  jangan  berlebihan  agar  perkembangan  aktual  berjalan  dengan efektif. (c) Disarankan REACT diterapkan pada topik-topik matematika yang esensial yang dapat  ditunjang  oleh  kegiatan
 hands-on  untuk  menunjang  tahapan  eksplorasi dan penyelidikan sehingga konsep topik-topik ini dapat lebih dipahami secara mendalam.
3.      Untuk mengurangi kelemahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal koneksi dan representasi           matematik yaitu guru hendaknya selalu memberi masalah-masalah koneksi dan representasi matematika untuk dikerjakan di rumah baik secara individu maupun secara kelompok yang selanjutnya  dibahas  dan  didiskusikan  bersama.  Hal  ini  diperlukan  sebagai  upaya  untuk      mengatasi keterbatasan waktu di sekolah.
4.      Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi dengan meneliti aspek-aspek lain secara lebih terperinci yang belum terjangkau oleh penulis saat ini seperti     ditinjau dari jenis kelamin, meneliti sekolah yang mewakili semua level sekolah yaitu sangat baik, baik, sedang dan rendah.
5.      Sehubungan dengan ditemukannya bahwa siswa dari kemampuan matematika rendah hasil   belajar  kemampuan  koneksinya  yang  menggunakan  strategi  REACT  tidak  berbeda  jauh            dengan kemampuan matematika siswa rendah di strategi konvensional, hal ini berarti bahwa             guru mempunyai peranan yang penting dalam upaya meningkatkan kemampuan koneksi siswa. Oleh karena itu dianjurkan bila guru ingin berhasil dengan baik dalam mengajarkan dengan strategi REACT maka guru harus lebih memperhatikan siswa dengan kemampuan matematika siswa yang rendah misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan bantuan yang dapat membantu siswa untuk menemukan jawaban yang diharapkan.
6.      Berdasarkan  hasil  penelitian,  maka  untuk  penelitian  lebih  lanjut  hendaknya  peneliti mengklasifikasikan sekolah berdasarkan akreditasi sekolah bukan berdasarkan hasil UASBN.
DAFTAR PUSTAKA
Ansari,  Bansu  Irianto. (2003).  Menumbuhkembangkan  Kemampuan  Pemahaman  Dan Komunikasi Matematik Siswa SMU Melalui Strategi Think-Talk-Write. Disertasi PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Arikunto,S (2001). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Baharuddin dan Wahyuni, Esa Nur. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Crawford. (2001). Teaching Contextually. Texas: CCI Publishing, Inc. Dwirahayu,  Gelar.          (2005).  Pengaruh  Pembelajaran  Matematika  dengan    Menggunakan Pendekatan Analogi Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Fauziah, Anna.  (2010).  Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Melalui Strategi REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring). Tesis UPI : Tidak diterbitkan.
Herlan,   Ayi.            (2006).   Mengembangkan   Pembelajaran   Berbasis   Komputer   Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa SMA. Tesis PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Herman, T. (2004). Mengajar dan Belajar Matematika dengan Pemahaman. Jurnal Mimbar Pendidikan No.1 Tahun XXIII. Bandung: University Press UPI.
Hidayat, Rachmat. (2010). Pembelajaran Kontekstual dengan Strategi REACT Dalam Upaya     Pengembangan  Kemampuan  Pemecahan  Masalah,  Berpikir  Kritis  dan  Berpikir Kreatif Matematis Mahasiswa Bidang Bisnis. Ringkasan Disertasi SPS UPI Bandung:         tidak diterbitkan.
Hudiono,  B. (2005).  Peran  Pembelajaran  Diskursus  Multi  Representasi Terhadap Pengembangan Kemampuan Matematik dan Daya Representasi pada Siswa. Disertasi PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Hutagaol,  Kartini.    (2007).  Pembelajaran  Matematika  Kontekstual  Untuk  Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Johnson, Elain B. (2007). Contextual Teaching and Learning. Bandung: MLC.
Kusuma, D. A. (2003). Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa SLTP dengan Menggunakan Metode Inkuiri. Tesis PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Lestari, Puji. (2009). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Koneksi Matematis Siswa SMK Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual. Tesis SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Marthen,  Tapilouw.  (2009).  Pengembangan  Kemampuan  Matematis  Siswa  SMP  Melalui Pembelajaran  Kontekstual  dengan  Pendekatan  REACT.  Disertasi  UPI:  Tidak diterbitkan.
Mulyana,  Tatang.  (2009).  Pembelajaran  Berdasarkan  pada  Pengembangan  ZPD  Siswa.     Prosiding  Seminar  Pendidikan  Matematika  19  Desember  2009  di  FPMIPA  UPI, Bandung.
Muslich, Masnur. (2008). KTSP. Jakarta: Bumi Aksara. National Council of Teachers of Mathematics. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for  School  Mathematics.  Reston  VA:     The  National  Council  of  Teachers  of Mathematics Inc.
____________________________________.  (2000).  Principles  and  Standars  for  School      Mathematics. Reston VA:  The National Council of Teachers of Mathematics Inc.
Nursyam,  Sitti  Zaenab. (2008).  Meningkatkan  Kemampuan  Pemahaman  Geometri  dan Representasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran yang Menekankan Representasi Matematik. Tesis PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Pujiastuti,  Heni. (2008).  Pembelajaran  Kontekstual  untuk  Meningkatkan  Kemampuan Koneksi dan Representasi Matematik Siswa SMP. Tesis PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

BIODATA SINGKAT
Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia,
ISSN   1412-565X

3 komentar:

  1. Dalam belajar matematika siswa dituntut memahami hubungan antara ide-ide matematik dan antar matematik dan bidang studi lainnya. Jika siswa sudah mampu melakukan koneksi antara beberapa ide matematik, maka siswa akan memahami setiap materi matematika dengan lebih dalam dan baik. Dengan demikian maka kemampuan koneksi matematik ini sangat diperlukan oleh siswa sejak dini. Oleh karena itu diperlukan adanya peningkatan kemampuan koneksi matematik dalam pembelajaran matematika karena topik-topik dalam matematika banyak memiliki relevansi dan manfaat dengan bidang lain, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
    Dengan adanya penelitian jurnal “Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Strategi React Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Representasi Matematik Siswa Sekolah Dasar” sangat berpengaruh baik bagi pembelajaran matematika yang telah ada, karena strategi react dapat meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematik yang lebih baik daripada menggunakan strategi konvensional, baik ditinjau berdasarkan level sekolah maupun kemampuan matematika siswa. Oleh karena itu disarankan pembelajaran dengan strategi REACT dapat dijadikan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru matematika dalam menyajikan materi matematika untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematik siswa.
    Strategi ini memerlukan waktu yang relatif lama dalam proses pembelajarannya karena memerlukan beberapa langkah yang sudah ditentukan, sehingga jika guru ingin menggunakan strategi ini disarankan untuk sehingga melakukan persiapan yang matang agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dengan mempertimbangkan pengalokasian waktu pada setiap langkah-langkah tersebut dengan sebaik-baiknya sehingga terciptalah proses pembelajaran yang efektif dan efisien sepanjang waktu yang sudah ditetapkan.

    BalasHapus
  2. assalamualiakum kak saya sudah baca tulisan kakak dalam sebuah buku, saya tertarik untuk menggunkan strategi ini namun dipadukan dengan CTL. tapi masih perlu bimbingan dan pencerahan :)

    BalasHapus
  3. mbak bisa ajaran saya cara membuat soal koneksi matematisss untuk kelas V SD? saya maih belum paham

    BalasHapus